KAJIAN KETAHANAN KONTRUKSI BANGUNAN JOGLO TERHADAP GEMPA BUMI


Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi yang disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Dalam hal ini gempa bumi sering kali memakan korban jiwa diakibatkan oleh kontruksi bangunan yang lemah terhadap gempa. Dari beberapa kejadian gempa bumi yang terjadi di Indonesia, kita bisa melihat bahwa rumah- rumah hunian yang ada banyak terjadi keruntuhan sehingga menimpa penghuninya dan menimbulkan korban jiwa. Hal ini menunjukkan kelemahan kontruksi bangunan yang ada di Indonesia dibandingkan dengan Negara- Negara lain seperti jepang.
Gempa bumi Yogyakarta pada tahun 2006 merupakan contoh dari gempa merusak yang kerap menjadi latar belakang penelitian oleh beberapa peneliti. Gempa tersebut mengakibatkan kerugian yang besar bagi masyarakat DIY dan sekitarnya. Akibat gempa bumi ini banyak bangunan rumah- rumah warga yang rusak. Kebanyakan kerusakan yang terjadi adalah pada bangunan rumah yang berstruktur berat seperti rumah berdinding batu bata dan beton, rumah bertingkat dengan ukuran kolom yang tidak memadai, dll. Akan tetapi ada bangunan yang tidak mengalami kerusakan berat ketika terjadi gempa bumi di Yogyakarta tahun 2006 yaitu rumah tradisional jawa joglo.
   Rumah joglo merupakan rumah tradisional jawa yang sudah terkenal di seluruh nusantara dengan bentuk atap yang khas. Di bawah atap yang khas, kita melihat terdapat kontruksi pembentuk atap yang tersusun dari balok- balok kayu yang besar.
Bentuk Joglo mempunyai sistem struktur penahan beban lateral yang berbeda dengan rumah tradisional Jawa lainnya. Perbedaan itu terletak pada struktur penahan gaya lateral melalui pembebanan pusat bangunan yang berupa soko guru dan tumpang sari (Frick, 1998), dengan tujuan agar bangunan menjadi berat dan stabil bila terkena gaya lateral. Kestabilan kuda-kuda soko guru dijamin dengan angka keamanan yang cukup tinggi (Ronald, 1988). Jumsai (1988) menyatakan bahwa rumah-rumah tradisional di Siam dan Pasifik Barat cenderung berkonstruksi dan berbahan ringan (lightweight construction-organic). Pada bentuk Joglo sebaliknya, terkesan berkonstruksi berat walaupun berbahan ringan (kayu).
Hal ini menjadi pertanyaan, karena salah satu usaha untuk mengurangi efek gaya inersia adalah dengan meringanlenturkan struktur konstruksi, sedangkan pada rumah Joglo berlawanan. Struktur atap Joglo seperti payung (umbrella system) (Pont, 1923) sehingga diperkirakan beban ini selaku pendulum untuk balancing system terhadap gaya gempa. Penggunaan umpak diasumsikan sebagai selected base isolation agar mengurangi getaran tanah pada bangunan keseluruhan. Hal ini karena bangunan Jawa merupakan organisme yang utuh (DPU, tt) dan menerapkan sistem meru (kepala; atap, badan : tiang, kaki: umpak) (Frick, 1997), sehingga bangunan terbagi 3 bagian yang dihubungkan dengan sambungan. Dalam kaitan konstruksi tahan gempa, sambungan antar elemen merupakan titik kritis.
Bangunan rumah joglo yang menggunakan struktur penyangga atap yang terlihat berat dengan balok- balok kayu yang besar secara filosofi maka akan terjadi kerusakan yang parah terhadap gempa.  Namun pada kasusnya kerusakan yang terjadi pada gempa 2006 di Yogyakarta tidak ditemukannya kerusakan yang berat dibandingkan dengan rumah- rumah selain joglo.
SELENGKAPNYA ADA DI SINIIIII

0 Response to "KAJIAN KETAHANAN KONTRUKSI BANGUNAN JOGLO TERHADAP GEMPA BUMI"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

youtube

Iklan Bawah Artikel